Namun, setelah semua warga tekun mencari, sosok Darmadi tidak ditemukan, seakan lenyap entah ke mana.
Selalu seperti itu setiap kali ada warga yang kemalingan.
Merasa putus asa, Pak Mantri pun menyerah dan dengan sangat terpaksa mengikhlaskan uangnya yang hilang itu.
Besoknya, siapa sangka, warga kembali kemalingan. Ialah Susi yang kehilangan sekotak perhiasan.
Istri Pak RT itu pun berkelakuan sama seperti Pak Mantri, menduga Darmadi-lah yang telah mencuri perhiasannya.
Warga seketika berkumpul dan sepakat untuk mencari Darmadi. Tak seperti biasa, Darmadi justru mudah ditemukan.
Ia tengah membetulkan atap genting rumahnnya.
Pak RT dan Susi beserta warga segera mengaraknya ke tengah kampung, meski waktu telah menunjukkan hampir pukul satu dini hari.
“Heh, Darmadi! Kembali perhiasanku!” ucap Susi berapi-api.
“Perhiasan apa?”
“Halah ... tidak usah balik bertanya begitu, warga juga sudah tahu kelakuan busukmu!”
“Maling tetap saja maling!”
Lantas tanpa dikomando....Bag! Bug! Bag! Bug! (Seperti dikisahkan Reni Asih Widiyastuti di Koran Merapi) *