Paginya Malik dan istrinya sarapan, kantung mata suaminya itu terlihat mulai keabu-abuan.
“Mas kecapaian ronda ya? Izin kerja saja ya?” tawar istrinya yang resah.
“Hah? Izin? Kemarin udah izin buat ngurus pindahan, masak izin lagi? Ga enak sama pak Mar.
Ngomong-ngomong garam di dapur habis Dek?”
“Lho kenapa Mas? Ada kok, kan baru beli dua hari lalu.” Jawab istrinya.
Malik terdiam enggan menjawab, tidak seperti biasa masakan istrinya berasa hambar tanpa rempah dan bumbu.
Namun, dirinya tetap pergi ke kantor.
Perjalanan keluar dari desa itu ketika menggunakan motor memakan waktu cukup lama, pikirnya pantas saja badan amat letih ketika selesai keliling ronda.
Pos kamling yang ditempatinya semalam sudah terlewati, anehnya Malik tidak melihat kios kopi di tepi jalan.
Hingga memasuki jalan raya masih tidak tampak bangunan mungil itu.
Seharusnya sebelum melewati pos kamling kios kopi itu terlihat, tetapi Malik hanya melihat tempat pembuangan sampah yang biasa dirinya lewati.
Pembuangan sampah itu penuh dengan belukar rumput dan jarang sampah-sampah diangkut oleh petugas kebersihan atau pun dibakar.
Hari beranjak sore dan kantor hampir tepat pukul lima, layar monitor telah tampak bising bagi Malik.