Melupakan soal Mas Indra, Akbar kembali ke ruang FCB.
Dia akan mengurus lebih dahulu biang kerok yang telah menakutinya sewaktu di kamar mandi.
Datang-datang dia langsung marah-marah.
Akan tetapi semua temannya menyangkal dan bersumpah tidak melakukan apa-apa.
Dari tadi mereka sibuk bekerja, mana sempat bercanda. Mereka meminta Akbar untuk tenang dan menceritakan kronologi kejadian.
"Coba telepon Mas Indra!" usul Dian kemudian. Akbar menyanggupi.
Seketika seluruh kulit Akbar merinding kala Mas Indra bersumpah tidak datang lagi ke kantor setelah pulang jam enam.
Akbar mulai percaya bahwa cerita hantu yang beredar di pabrik sosis tempatnya bekerja itu nyata.
Konon hantu itu sering menampakkan diri dengan menyerupai wajah dari salah satu karyawan. (Seperti dikisahkan Endang S. Sulistiya di Koran Merapi) *