Dijanjikan akan diberi imbalan yang layak, lelaki jomblo ‘kurang sak ons’ itu pun ‘semrinthil’.
“Lha mbok seminggu, aku ya mau kok, Yok”, begitu ujarnya sembari tertawa ngakak.
Malam itu Tiyok numpang tidur di kamar Koko.
Sukoro alias Ulo Koros tidur sendirian di kamar kos Tiyok. Belum jam sepuluh Sukoro sudah terkantuk- kantuk.
Akhirnya tertidur pulas.
Seperti biasa, dalam tidurnya terdengar suara dhat- dhut dari lubang pengeluarannya.
Diikuti aroma yang teramat sangat busuk.
Lebih busuk dari bangkai babi yang ‘kemambang’ di kali. Bau teramat sangat menusuk hidung itu meruar, memenuhi ruang kamar kos Tiyok.
Tengah malam, tubuh Ulo Koros seperti ada yang membangunkan.
Tahu- tahu...plok! Pipi Sukoro seperti ditampar tangan kekar.
Berbarengan dengan itu terdengar suara seperti orang marah.
“Weee...lhadalah! Bau kentutmu seperti bangkai buaya! Huh, aku tidak tahan. Aku akan hengkang dari sini”.
Esok paginya Sukoro menceriterakan hal itu kepada Tiyok. Tiyok gembira.