Antara bingung dan takut, saya segera keluar, mengetuk pintu kamar orang tua, kebetulan waktu itu bapak sedang tidak di rumah, sedang tugas di luar kota.
Saya masih ketakutan menceritakan peristiwa itu ke ibu.
“Ah, paling karena kamu tidur terlalu sore,” kata ibu sambil menyodorkan segelas air putih.
Saya menerima, meneguk sedikit, tapi kemudian tersedak, seketika saya ingat sosok yang tadi saya lihat dan menghilang.
“Bu, itu tadi seperti Bu Indra,” kataku, aku ingat persis.
Aku tak mengenal baik Bu Indra, hanya sering bertemu dengannya, saat dia berada di teras rumahnya atau di halaman, sambil melihat pembantunya membersihkan halaman di sore hari.
Kebetulan saya memberi les, salah satu anak tetangga Bu Indra.
“Mbak,” begitu dia menyapaku, dan hampir selalu dia yang mendahului menyapa. Aku sesekali dihentikan, diajak ngobrol.
“Mbak, ini sedikit jambu,” begitu katanya suatu waktu saat pohon jambunya berbuah lebat. “Ini oleh-oleh dari anak sulung,”
“Ini aku bawa oleh-oleh dari piknik kemarin,” dan masih banyak lagi.
“Sudah. Lanjut tidur,” perintah ibu membuyarkan lamunanku. Aku mencoba terpejam dan tak bisa lagi tidur nyenyak.
Pagi harinya aku ingat, mau ke murid les tetangga Bu Indra.
Kebetulan sudah sekitar dua minggu tidak les karna libur akhir semester.