Lidahnya menjulur keluar, nyaris menjilat badan Riski.
Tapi, tangannya memeluk Riski semakin erat, sosok itu tampak aneh.
"Ra iso, ra cukup mek satus, ra gelem aku, kurang, kurang! (Tidak bisa, tidak cukup kalau seratus, aku tidak mau, kurang, kurang)," teriak Nyai.
Baca Juga: Misteri rumah kuno bekas kuburan 1: Sering ada kejadian aneh, seperti ayunan yang bergerak sendiri
Lika menatap Riski, berharap ia bisa menyampaikan jawaban dari Nyai.
Kemudian, Riski bicara dengan suara terbata-bata, "Katanya kurang,"
Lika mengerti. wajahnya tampak kesal, lalu ia mengambil sesuatu dari dalam tasnya.
"Rambut, rambutku Nyai, piye, njenengan purun? Tapi ojok gowo Riski (Rambut, rambutku Nyai, bagaimana, mau? Tapi jangan bawa Riski),"
Nenek itu menyeringai, senyumnya mengerikan.
"Rambute cah perawan, hem (Rambut anak gadis perawan, hem),"
Lika mengambil pisau dan memotong setengah bagian rambutnya sampai menyisakan potongan sebahu.
Ia melemparkan segenggam rambut itu ke atas tumpukan ari-ari bayi itu.
Riski kemudian bersimpuh, dan Nyai merangkak turun.
Riski melihat nenek itu memasukkan gumpalan ari-ari dan rambut Lika ke dalam mulutnya.