Tak mau ambil risiko, Dita minta tolong Anto untuk menemaninya.
Anto yang cuek dan humoris, ia harap dapat meredakan rasa takutnya.
Namun, imajinasi perempuan itu berkenala ke mana-mana.
Untuk sampai ke kamar mandi, mereka harus melewati lorong panjang yang sepi.
Mata Dita sering melirik nakal ke sana ke mari, memastikan diri bahwa tak ada “sesuatu” yang mengintainya.
Padahal, Anto sudah berusaha melucu agar perempuan itu tak takut.
“Sana masuk. Aku tunggu di sini ya.”
Anto menunggu di depan pintu sambil bermain hape, sedangkan Dita masuk untuk menuntaskan hajatnya.
Semua berjalan lancar, hingga dirinya selesai merapikan rok. Tiba-tiba ada percikan air dari atas.
Perempuan itu terlonjak kaget. Ia tak mendongak ke atas karena terlalu takut.
“To, jangan iseng deh ciprat-cipratin air begitu!” Seru Dita kesal bercampur takut.
Perempuan itu cepat-cepat membuka pintu, walaupun kesulitan karena tangannya bergetar.
Ternyata Anto berdiri agak jauh dari pintu kamar mandi, sibuk bermain hape.