Berpikir demikian, Hendra memilih untuk menyimpan rahasia tentang hantu kecil di kamar depan.
Minggu pagi. Usai jalan-jalan, Marisa menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.
Hendra duduk di teras, menunggu loper datang mengantarkan koran.
Tak lama kemudian, loper itu pun datang.
Hendra langsung mencari halaman sastra dan menemukan cerpen berjudul Anak Lelaki Berpiyama Biru karya Marisa Handayani.
Hendra heran, mengapa isi cerpen yang ditulis istrinya seperti mengisahkan si hantu anak penghuni kamar depan?
Pada satu bagian cerpen itu tertulis: Malam itu hujan turun begitu hebat, keluarga itu hendak berangkat tidur.
Suami dan istrinya menuju kamar di bagian belakang, sedangkan si anak yang berusia 10 tahun ke kamar depan dekat ruang tamu.
Entah bagaimana caranya, muncul dua orang berpenutup kepala dari arah dapur yang gelap.
Mereka menyekap suami istri itu di kamar.
Mengikat dengan tali yang telah mereka persiapkan.
Seorang dari tamu tak diundang itu hendak membekap mulut suami istri itu dengan lakban, ketika tiba-tiba muncul si anak yang langsung memukul-mukul orang itu.
“Alex, jangan!” si istri berteriak.