Ada puluhan warga berjalan beriringan menutupi jalan seperti layaknya pawai.
Untung saja Samingun masih memiliki kesabaran.
Ia lebih memilih bersabar ketimbang mengambil jalan pintas.
Awalnya Samingun sempat heran sejak kapan ada jalan ke arah selatan.
Ia pun berfikir realistis khawatir jika mengambil jalan tersebut akan tersesat.
“Pak semalam disini ada pawai, tapi kok seperti Topo Bisu semua peserta hanya diam.”
“Jam berapa pawainya?”
“Sekitar jam dua pagi pak.”
“Lah, jangan-jangan yang kamu lihat itu bukan manusia Le?”
“Wah bapak ini mau menakuti saya ya!”
Kecelakaan tersebut sama persis dengan kecelakaan-kecelakaan sebelumnya.
Awalnya para pengemudi melihat pawai kemudian akhirnya berbelok kearah selatan untuk menghindari kemacetan.
Namun tak disangka jalan yang di laluinya bukanlah jalan yang sebenarnya.