Udara dingin, Tari tidak peduli. Hatinya dongkol, ingin segera pergi jauh dari rumah. Biar orangtuanya sulit mencari.
Saat berjalan di pinggir pematang sawah itu, ada kunang-kunang berterbangan. Berkerlap-kerlip.
Mengalahkan kerlap-kerlip bintang di langit yang tampak beberapa. Tari tidak menghentikan langkah.
Sungguh di luar perkiraan. Kunang-kunang itu semakin banyak, sepertinya menghampiri Tari. Terus mendekat.
Terlalu banyak kunang-kunang. Ribuan jumlahnya. Ribuan kunang-kunang yang tiba-tiba sudah satu meter di depan Tari.
Tari hanya melongo sembari mengusir. Namun, semakin banyaknya kunang-kunang, Tari jadi gugup.
Tak hanya di depan. Kunang-kunang itu ada di samping kanannya dan ada di samping kirinya.
Baca Juga: Cerita misteri hutan larangan di utara Kota Magelang, ada yang hilang seperti ditelan bumi
Tari melepas jaket, mencoba mengusir kunang-kunang yang berkedip-kedip dengan jaketnya.
Tari bertambah gugup. Bukannya menghilang, kunang-kunang malah semakin banyak.
Kunang-kunang seperti menahan Tari melangkah ke utara.
Meski mengitari tubuh Tari, kunang-kunang tak ada di belakangnya. Aneh, sungguh aneh.
Tari pun mundur teratur ke belakang. Ribuan kunang-kunang seperti perisai, menghalau Tari agar tak minggat dari rumah.
Tari balik ke belakang, lari terbirit-birit ke rumah. Gugup, takut, kalut.(Seperti dikisahkan Hendra Sugiantoro di Koran Merapi) *