Malam pun datang, Tari melangkahkan kaki keluar rumah.
Tidak berisik dan pelan-pelan agar tidak terdengar orang di rumah. Dia berjalan kaki ke utara.
Di masa itu anak-anak jalan kaki masih biasa.
Bagi Tari dan anak-anak desa, melintasi petak sawah, menyusuri sungai, menaiki bukit adalah kegiatan mengasyikkan.
Sejauh apapun, jalan kaki bukan masalah bagi anak-anak.
Di masa itu jangan tanyakan handphone.
Ponsel bukan hanya barang mewah, tetapi juga belum terlalu penting bagi penduduk desa. Anak-anak tak mengenal gawai.
Di masa itu, menenteng-nenteng handphone malah malu. Dikira orang sok gaya dan suka pamer.
Di masa sekarang, Tari bisa saja menelepon temannya, minta dijemput.
Di masa itu, hampir mustahil berkomunikasi serba praktis seperti itu.
Dengan tekad kuat, Tari terus berjalan. Melewati rumah-rumah penduduk yang lengang.
Melewati kebun-kebun, melewati tanah kosong.
Untuk sampai ke rumah sahabat karibnya, Tari pun harus melewati pinggiran sawah sepanjang 500 meter.