Saat aku menikmati kopi tadi, seperti ada bau amis, seperti bau darah, tetapi kemudian berganti dengan bau wewangian bunga seperti bau kembang orang mati.
Seribu pertanyaan mulai muncul di otakku.
Baca Juga: Misteri hape baru untuk selfie bersama teman di kamar kos, lho hasilnya foto kok ..........
Kenapa yang melayani tadi seorang gadis, yang tergolong masih belia,
sementara di dekat kompor di sudut belakang warung, seorang lelaki tua yang terus-menerus memasak seperti sedang menyiapkan makanan untuk acara hajatan.
Gadis itu tergolong berparas ayu, dan dandanannya cukup anggun, hingga aku berpikir jika para lelaki yang mampir di warung kopi ini akan terkesima.
Cuma gadis itu selalu menghindar jika aku menatap wajahnya dan tak menjawab saat aku mencoba berbasa-basi tentang sesuatu.
Semua kejadian di warung membuat pikiranku terus berkecamuk.
Selama perjalanan, Paijo hanya berdiam diri, mungkin lagi konsentrasi menjalankan mobil.
Sementara aku terus sibuk dengan perang pikiranku sendiri mengingat kejadian yang baru saja aku alami,
mobil kami terus melaju melewati jalan pendakian dan menurun, melintasi kota pada larut malam.
Aku menyuruh Paijo untuk berhenti di pom bensin, untuk mengisi bahan bakar sekalian aku masuk ke toilet.
Selintas bau wewangian seperti mengikutiku.
Hampir Subuh ketika kami tiba di salah satu rumah, yang menurut Paijo itu adalah rumah tantenya yang mengalami musibah.
Di sekitar rumah itu, tampak banyak orang yang sedang duduk di atas tikar, mungkin pelayat yang rata-rata adalah orang sekitar rumah duka.