Tidak berfikir panjang dia mengambil pacul dan sapu lidi. Terus saja bergabung dengan warga lainnya.
Ternyata di sekitar rumah joglo kosong itu sudah banyak warga berkumpul.
Baca Juga: Misteri Seorang Nenek Mondar-mandir di Jembatan, dan Tiba-tiba ..... Wuuuuuusssss......
“Wah, warga dusun ini memang kompak. Kapan pun diajak bergotong- royong, siap”, gumam Pak Dawuh dalam hati.
Gotong- royong bersih- bersih lingkungan pun dimulai.
Pak Dawuh heran, yang dibersihkan kok hanya rumah joglo kosong saja?
Ada yang menyapu halaman, memotong ranting pohon, membersihkan tembok dari lumut dan tanaman liar yang merambat.
Bahkan ada juga yang mengecat rumah kosong tersebut.
Menjelang Luhur kegiatan gugur gunung dihentikan.
Pak Dawuh melangkah menuju bawah pohon talok, akan beristiahat.
Baca Juga: Pemimpin yang Zalim 78: Suami Trenyuh Membaca Ungkapan Isi Hati Istri di Buku Harian
Duduk menyendiri di atas dingklik kayu yang amat kotor, matanya memandang ke sekeliling.
Dia baru tersadar. Di sekitarnya sunyi sepi. Tidak ada siapa pun, kecuali dirinya.
“Lho, sedang ngapain Pak disini? Kok bawa pacul dan sapu segala?”, tanya Pak Wasno, tetangganya, ketika pulang dari Mushala.
“Ya ampun, makhluk halus penghuni rumah joglo kosong itu telah mengusili sampeyan."
"Tapi bisa juga dia cuma ingin berkenalan dengan sampeyan, Pak Guru”, ujar Pak Wasno begitu mendengar penuturan Pak Dawuh. - Semua nama samaran - (Seperti dikisahkan Andreas Seta RD di Koran Merapi) *