harianmerapi.com - Kisah perang Makassar lawan VOC. Di tepi pantai Pulau Buton sisi barat terjadi pertempuran antara Armada Belanda dengan prajurit-prajurit Makassar.
Bunyi sirine terdengar dari kapal Belanda meraung-raung keras sekali.
Ini pertanda pertempuran segera dimulai, Cornelis Speelman meneriaki nakoda kapal agar bergerak maju lagi untuk mencapai jarak tembak bedil agar penyerangan bisa lebih gencar lagi.
Baca Juga: Kisah Perang Makassar Melawan VOC 1: Meriam dan Peralatan Perang Belanda Dirampas Daeng Popo
Sebab menurut perhitungannya jarak tembak meriam bisa disesuaikan.
Karaeng Bontamaru, Daeng Winggeni, dan Juga Panji Karonuban tahu betul apa yang akan diperbuat oleh Armada Belanda itu.
Maka mereka pun segera menembakkan meriam, beberapa kali dentuman senjata besar itu terdengar.
Cornelis Speelman mengumpat-umpat. Karena lambung kapalnya terkena meriam.
Baca Juga: Kisah Perang Makassar Melawan VOC 2: Arupalaka Jengkel karena Pihak Belanda Ingkar Janji
Meski kapal itu tidak rusak berat dan tidak akan tenggelam dia tidak bisa menerimanya.
Serangan ini harus dibalas dengan meriam yang lebih besar.
Dentuman demi dentuman meriam-meriam mereka saling balas membalas diiringi ribuan peluru bedil yang berdesing-desing bagaikan laju badai maut di tengah laut yang setiap kesempatan merenggut nyawa mereka yang saling berseteru.
Bagaimanapun Kraeng Bontamaranu dan kawan-kawan harus mengakui kalau persenjataan Cornelis Speelman jauh lebih unggul dan jumlahnya juga lebih banyak.
Baca Juga: Kisah Perang Makassar Melawan VOC 3: Belanda Sulit Menggempur Kapal-kapal Kecil yang Selalu Bergerak
“Daeng Winggeni, bagaimana jika kita naik ke bukit sebelah agar kita punya posisi tembak yang lebih bagus?”, kata Kraeng Bontamaranu.