Mendengar berita tersebut Pak Mojo dan Bu Harsi bagai disambar petir di siang bolong. Tidak mengira anak kesayangannya akan pergi meninggalkannya secepat itu.
Usai pemakaman, Pak Mojo teringat akan upacara ruwatan yang akan diselenggarakan. Pikirannya melayang jauh.
"Benarkah anakku dicaplok Sang Betara Kala yang ‘ngejawantah’ menjadi seekor ular berbisa?" ujarnya dalam hati.
"Yah...apa pun bisa terjadi jika Tuhan menghendaki. Ikhlaskan kepergian Trisni," hibur Mbah Tanu. - Nama samaran - (Seperti dikisahkan FX Subroto di Koran Merapi) *