harianmerapi.com - Namanya pantangan yang katanya dari leluhur maka pasti menyangkut hal perceya atau tidak. Jika tidak percaya dan nekat melanggar, maka bisa saja menjadi kejadian mistis.
Bisa jdi hanya faktor kebetulan saja, namun tetap saja yang percaya memang panangan leluhur memang sebaiknya jangan dilanggar.
Hidup bisa bermanfaat bagi orang lain. Itulah semangat yang ada pada diri Nur. Ia dengan tekat bulat mengabdikan dirinya di bidang kesehatan di daerah pedalaman.
Kala itu berada di Maluku yang jadi tugasnya. Dengan penuh tanggung jawab, ia melaksanakan tugas dengan ikhlas begitu ada komando dan diminta warga untuk melakukan tindakan pertolongan.
Hari itu ada tugas ke daerah Kampung Baru. Rute kesana melalui jalur air. Bagi warga setempat, sebenarnya waktu itu jadi pantangan.
Hal itu sudah berlangsung sejak leluhur dulu. Yakni berupa isyarat yang menunjukkan keanehan-keanehan. Sehingga oleh sesepuh dipercaya sebagai waktu yang sebaiknya tak melakukan aktivitas penyeberangan sungai.
"Tunggulah barang sejenak sejam lagi biar tanda sinar itu hilang!" kata seorang sesepuh yang ada di situ.
Namun keadaan yang memaksa rupanya harus bergegas dan tetap jalan, walau sudah diingatkan! Nur dengan semangat tanpa ragu melaju ke medan tugasnya. Sore itu berangkatlah.
Tak berapa lama, ada kabar perahunya pecah dihantam prahara. Selaku tenaga medis yang juga membawa asisten, mereka mengalami nasib sama.
Pelampung yang ia kenakan dilempar pada asistennya. Tak ayal ia pun berenang namun tak kuasa menahan gempuran alam. Hingga akhirnya tak terselamatkan.
Di akhir kejadian, sesepuh memberikan nasihatnya, bahwa sebenarnya yang jadi target itu bukan Nur namun asistennya.
Baca Juga: Islam Memerintahkan Umatnya untuk Jujur, ini Tiga Hikmah dari Perilaku Jujur
Karena dihalangi oleh Nur, maka ia sendiri yang menaggung akibatnya. Akhirnya teman-teman pun diminta untuk mendoakan semoga menjadi kebaikan yang tak terbalaskan amal itu walau dengan harta.