harianmerapi.com - Cerita misteri kali ini berkisah tentang loper koran yang menjadi horor, karena masih mengantar koran meski sudah tewas tertabrak kereta api.
Tahun 1950-an kereta api jurusan Yogya-Bantul-Palbapang masih eksis. Di kota Yogyakarta bagian barat, rel kereta api tersebut yang membujur ke arah utara-selatan membelah beberapa kampung.
Satu di antaranya adalah kampung Notoyudan. Sejak menikah, nenek dan kakekku tinggal di kampung tersebut. Rumahnya menghadap rel kereta api Yogya-Bantul.
Pagi itu suasana masih sepi dan gelap. Tanpa diketahui penyebabnya, kereta api pertama yang menuju Bantul menabrak seorang pengendara sepeda.
Korban meninggal dunia di tempat kejadian. Pengendara sepeda itu ternyata loper koran yang biasa mengantarkan koran ke rumah nenek.
Kondisi korban sangat mengenaskan sekaligus mengerikan. Karena terseret loko beberapoa meter, di sekujur tubuhnya terdapat luka. Kaki kanannya putus sebatas paha, tergilas roda besi lokomotif.
Lima hari sesudah kejadian itu, di suatu pagi buta, sepertti biasa nenek sudah beraktivitas di dapur. Menjerang air dan menanak nasi.
Baca Juga: Menanam Harapan di Bulan Penuh Keberkahan
Dilanjutkan menyapu halaman samping dan belakang rumah. Belum lagi selesai menyapu, dari arah teras nenek mendengar suara orang berteriak: “Koraaan!”
Nenek sudah hafal bahwa itu adalah suara loper yang setiap pagi mengantar koran untuknya. Namun tidak seperti biasanya, pagi itu sang loper meneriakkan “koran” sampai beberapa kali.
Padahal, biasanya kalau tidak ada orang, koran cukup diletakkan di lantai teras.
Masih membawa sapu lidi, nenek bergegas menuju teras. Begitu sampai di teras…, mak tratap. Nenek menemui kejadian yang teramat sangat memilukan sekaligus mengerikan.
Tampak seorang lelaki dengan luka di sekujur tubuhnya membawa beberapa lembar koran. Salah satunya akan diberikan kepada nenek.
Baca Juga: Cerita Horor Siswa Sudah Meninggal, Tak Rela Bangku Diduduki Siswa Lain atau Dipindah ke Tempat Lain