Berjalan mengendap-endap menuju ruang belakang. Dia melihat bayangan seseorang berkelebat lari keluar rumah lewat pintu dapur.
Lik Subar spontan berteriak: “Maling...maliing...maliiing...!”.
Di luar amat gelap. Lik Subar seperti kesetanan sendirian mengejar pencuri yang berlari amat cepat.
Kurang waspada, tak dilihatnya ada sebuah lubang tempat pembuangan sampah menganga di depannya.
Tak ayal tubuhnya terjun bebas bagai ditelan lubang sedalam satu meter yang baru kemarin dia gali. Lengannya tergores pucuk keris.
Namun luka berupa goresan kecil tersebut mampu membuat Lik Subar kejang-kejang. Sejam kemudian nyawa Lik Subar sudah oncat meninggalkan raganya.
“Yah begitulah watak keris berpamor Kudhung Mayit. Sering makan tuan”, ujar Pakde Merto. Karsilah hanya bisa meratap. Nasi sudah menjadi bubur. (Seperti dikisahkan FX Subroto di Koran Merapi)*