harianmerapi.com - Pandemi memaksa mahasiswa kuliah daring. Sementara sang dosen mengajar tetap dari kampus dengan menggunakan perangkat komputer.
Ternyata, berada di ruangan kuliah yang sepi tanpa mahasiswa, membuat Tiya mengalami peristiwa horor di kampus. Khususnya di ruang 13.
Tiya terburu-buru memasuki gedung, bergegas mencari ruang kelas di mana setiap ruang terdapat sebuah komputer yang bisa digunakan untuk mengajar jarak jauh.
Baca Juga: Ramadhan Mendidik Jiwa Sabar
Semua ruangan di lantai satu telah habis dipergunakan rekan-rekan sejawatnya.
Dengan napas yang tersegap-segap setelah menaiki tangga ke lantai dua dan berkeliling hanya tersisa ruang nomor tiga belas di sudut gedung paling dalam.
Menatap ruangan sebelah, Tiya mengintip dari bilik jendela. Ternyata ada rekannya, yakni ibu Nur yang sudah berada di ruangan tersebut.
Mengetahui kehadiran temannya mereka saling melambaikan tangan. Dibuka pintu ruang 13, ini kali pertama dirinya menggunakan ruangan tersebut.
Segala tirai jendela disibakkan dan lampu dinyalakan. Pagi itu tergambar jelas awan mengisyaratkan kedatangan hujan yang gelap.
Baca Juga: Udang Jaga Bantu Tingkatkan Energi, Bisa Dijadikan Lauk Saat Sahur dan Buka Puasa di Bulan Ramadhan
Ruangan tampak bersih dan rapi, tetapi Tiya tidak menemukan AC. Hanya ada sebuah kipas besar tertempel di langit-langit.
Kipas dihidupkan mendadak bau aneh menyergap dirinya hingga tenggorokan terasa gatal. Berkali-kali batuk menerjang akhirnya mereda ketika beberapa tegukan air putih dirinya telan.
Aroma aneh itu tiba-tiba hilang, Tiya tidak memperdulikan dan segera menyalakan komputer. Khawatir para mahasiswa sudah menunggu perkuliahannya.
Selain itu, kelas yang akan dirinya ajar berisi mahasiswa-mahasiswa rajin.
“Lho kok semua belum gabung? Padahal ini sudah waktunya.” Gumam Tiya.