Baca Juga: Syahrut Tarbiyah, Mendidik Diri dan Umat Selama Bulan Ramadhan
"Jok.. Joko.. lihat itu di belakang Kang Bejo ada putih-putih terbang." kata Narto.
"Kang Bejo.. di belakangmu ada apa?" teriak Joko.
"Apa?" Bejo segera medongak kebelakang.
Gandrik.
Sosok perempuan berwajah menyeramkan terbang tepat di atasnya. Rambutnya panjang tak beraturan. Seluruh tubuhnya ditutup kain putih.
Yang lebih menyeramkan lagi wajahnya gosong tak beraturan, lidahnya menjulur panjang, matanya menyala merah. Itu kuntilanak.
"Mbakk.. Mbakk Kunthi!!!!!"
Sontak Bejo berlari tunggang langgang. Narto dan Joko pun bergegas bangkit dan lari duluan. Mereka bertiga kocar kacir sambil sempoyongan.
Bejo lari hingga terjatuh-jatuh. Mereka berlari menuju gardu ronda. Mereka langsung meringkut, menggigil ketakutan di pojok gardu.
Baca Juga: Sri Sultan HB X Ciptakan Himne Serangan Umum 1 Maret untuk Selebrasi HKPN di Gedung Agung Jogja
Bapak-bapak mencoba menenangkan. Setelah tenang dan menceritakan apa yang terjadi, Bapak-bapak malah menertawakan mereka.
"Kalian itu, tau disana angker kok ya nekat minum disana. Ngencingin tempat angker. Sukurin. Biar kapok!" kata Pak RT.
Bejo, Narto dan Joko hanya meringis. - Semua nama samaran - (Seperti dikisahkkan Indri Astuti di Koran Merapi) *