Semakin lama air menggenangi wilayah itu hingga mencapai rumah Ki Makarang. Kemudian Ki Merkak dan Ki Jebres bersemadi mohon petunjuk bagaimana menghentikan aliran air.
Setelah mendapat petunjuk, mereka segera menyediakan syarat agar air bisa berhenti atau mengecil, yaitu seekor kambing kendit, ijuk atau sapu duk, dan dandang.
Setelah menyediakan syarat tersebut, sumber air benar-benar bisa mengecil. Guna mengenang kejadian ini, maka Ki Merkak dan Ki Jebres menamakan wilayah ini Karanglor, karena dekat dengan rumah Ki Makarang.
Setelah semua kejadian ini selesai, Ki Merkak dan Ki Jebres menemui Ki Makarang.
“Pesan saya Ki Makarang, sumber air ini akan menjadi sumber kehidupan bagi anak cucu. Dan kelak jika anak cucu kita menanam padi di sekitar sini hendaklah saat panen harus menyediakan kelapa muda, tebu dan badeg (tape ketan). Kami akan membantu anak cucu untuk memperoleh kemakmuran," papar Ki Jebres.
"Baiklah, akan kuingat pesan Kyai," jawab Ki Makarang.
"Iya Ki. Ingatlah terus pesan kami, maka kami akan membantu anak cucu kami di Karanglor ini secara sesingidan (gaib)," tegas Ki Jebres.
Setelah berpamitan dengan Ki Makarang, maka Ki Jebres dan Ki merkak segera melanjutkan perjalanan. Begitulah cerita rakyat Umbul Nogo yang berkembang di kalangan masyarakat Kecamatan Manyaran Kabupaten Wonogiri. (Habis) *