harianmerapi.com - Kecipak angin malam mulai beranjak gahar. Kantor kian ditinggalkan jelaga wajah, orang-orang telah pulang ke rumah. Suasana pun jadi penuh misteri
Hanya Fauzi yang masih membetulkan catatan pekerjaannya, monitor komputer masih setia pada wajahnya. Ditenggelamkan naskah pekerjaannya hingga terkantuk.
Di kantor dirinya yakin jika masih tersisa dua bungkus kopi dan gula. Fauzi bergegas mengambil apa yang diinginkannya di dapur yang menyambung dengan ruang kantor.
Baca Juga: Mengenal Allah Melalui Penciptaan Alam Semesta
Dicari saklar dapur dan ditekannya, anehnya lampu dapur tidak menyala.
Pyar!
Fauzi terkejut dengan suara kaca pecah di luar kantor. Apa mungkin angin di luar makin kencang sehingga pot gantung milik rekannya berayun dan terpental mengenai jendela atau pecah. Dirinya ke luar ruangan.
Suasana tampak riuh dengan gelagak angin yang menerpa pohon, dasi Fauzi sampai terbawa arus mata angin.
Bergegas dicari suara pecah itu. Di siku-siku luar dinding kantor dan halaman. Semua baik-baik saja.
Baca Juga: Menjaga Kesehatan Rohani dan Jasmani Menurut Nabi Muhammad SAW
Merasa angin bernaung kencang Fauzi kembali memasuki ruang kantornya yang sederhana, namun di luar dirinya melihat dari jendela bahwa ruangan dalam tak terang lagi.
“Apa mati listrik ya?” tanya fauzi pada dirinya sendiri.
Fauzi masuk ke dalam ruangan. Teramat gelap ruangannya, dicarinya saklar namun dirinya menuju sebuah ruangan.
Terdapat sebuah ruangan yang terang. Ruangan itu adalah dapur, dirinya mencoba memasuki tempat tesebut, dan di situ terlihat pak Aji menyeduh kopi sambil duduk di ujung dapur.
Baca Juga: Misteri Jalur Sepeda 2: Salah Memilih Jalur Setapak, Diikuti Sosok Misterius
“Pak Aji? Katanya pulang? Kok di sini? Bukannya tadi lampu dapur mati ya?”