”Ben wae. Lha wong ya wis gedhe tuwa. Mesthine rak ya ngerti ala lan becik,” begitu pendiriannya.
Esok harinya pukul lima pagi Mimin telah bangun. Menuju dapur dia melihat pintu kamar bibinya terbuka sedikit. Dan ketika menoleh ke dalam, mata Mimin menangkap pemandangan yang “menakjubkan”.
Di atas ranjang besar, bibinya tergolek sendirian seperti orang kelelahan. Tidak ada selembar benang pun menutupi tubuhnya. Bantal, guling, sprei kasur acak-acakan. Daster, bra dan CD-nya terserak di lantai.
Baca Juga: Cerita Horor Ronda di Malam Jumat Kliwon Bertemu Nenek Berwajah Gosong di Kebon Pohon Bambu
Pukul delapan pagi Bu Ngaisah bangun. Langsung menuju kamar mandi. Tidak lama terdengar suara gebyar-gebyur.
Bu Ngaisah mandi keramas. Terdengar juga suaranya yang fals menyanyikan sebuah lagu dangdut.
“Ehem…, apakah Bibi mendapat pasangan yang pilih tanding ya? Kok tampak bahagia benar?!” celetuk Mimin dalam hati. Tidak ada yang tahu selain Bu Ngaisah sendiri. (Seperti dikisahkan FX Subroto di Koran Merapi) *