harianmerapi.com - Meski hanya gerobak sapi, namun bagi Pak Sajim dianggapnya sangat berarti dalam mengauringi kehidupan sehingga ia ingin menjadi kendaraan saat menuju ke liang lahat.
Untuk ukuran sebuah kandang kendaraan, garasi yang dibangun Pak Sajim boleh disebut istimewa atau mewah.
Namun, orang akan terheran-heran manakala mengetahui kendaraan yang dikandangkan. Bukan sedan mewah atau kendaraan roda empat yang mahal harganya, tetapi...gerobak sapi.
Baca Juga: Marah Sumber Keburukan Seseorang, Berikut Ini Enam Langkah Praktis untuk Manajemen Kemarahan Diri
Sebuah gerobak sapi yang tidak lagi dimanfaatkan untuk alat transportasi. Memang, antara Pak Sajim, sang pemilik dan gerobak sapi tersebut sepertinya ada hubungan batin yang tak bisa dipisahkan.
Bagi Pak Sajim, gerobak sapi yang sekarang "dimuseumkan" di garasi mewahnya itu adalah segalanya.
Tidak dipungkiri jika gerobak sapi tersebut telah membawa sukses kehidupan Pak Sajim dan keluarganya.
Berkat gerobak sapi tersebut, anaknya yang tiga orang semua telah mentas dan menjadi orang.
Baca Juga: Suamiku Dipenjara 1: Kegelisahan Seorang Istri Pertanda Kejadian Buruk atau Musibah Menimpa Suami
Hal itu terjadi limapuluh tahun lalu ketika alat angkut tradisional tersebut berada pada puncak kejayaannya.
"Jangan kau apa-apakan kendaraan itu. Yang penting rawatlah dia sebaik-baiknya seperti engkau merawat dirimu juga diriku," ujar Pak Sajim kepada anak sulungnya Kasmanu.
Ketika itu Kasmanu berniat akan menjual gerobak sapi tersebut, dan akan menggantikannya dengan truk. Dengan harapan truk tersebut bisa dimanfaatkan untuk menambah penghasilan keluarga.
"Aku ingin dia yang mengantarkan aku menuju tempat peristirahatanku yang terakhir," ujar Pak Sajim suatu malam kepada Kasmanu ketika sakit yang dideritanya semakin parah.
Pagi-pagi benar ketika suasana dusun masih lengang, Pak Sajim menghembuskan nafasnya yang terakhir.