harianmerapi.com - Di hadapan bu guru Tatik, semua yang disampaikan Sisar soal Rasti jauh dari kenyataan sehari-hari di rumah.
Sepertinya Sisar pandai bersandiwara, sehingga lain di mulut lain di hati. Apa yang diucapkan dari mulut sejatinya tak seperti apa yang dipikirkannya dalam hati. Bahkan dilebih-lebihkan guna meyakinkan.
Sisar menunjukkan dirinya orang munafik. Ia mengatakan sangat menyayangi putri angkatnya itu, melebihi apapun.
Baca Juga: Bukan Cinta Sejati 1: Awal Perkenalan Dua Insan Lain Jenis yang Tidak Disengaja
"Rasti itu di rumah saya anggap seperti putri raja. Ia tak pernah disuruhmengerjakan hal-hal yang berat, kecuali belajar dan belajar. Semua pekerjaan rumah saya coba bereskan, biar Rasti merasa nyaman tinggal di rumah."
Di kamarnya saya sediakan fasilitas lengkap, ada tivi, ada meja belajar, ada mainan, pokoknya semua yang diinginkan Rasti sudah terpenuhi di kamarnya," kata Sisar nyerocos dengan sendirinya.
"Maaf Bu Sisar, tapi mengapa ya prestasi akademik Rasti belakangan ini menurun sangat drastis," kata Bu Tatik mencoba menyela pembicaraan Sisar.
Baca Juga: Lima Aspek dalam Upaya Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak
"Nah..., itulah Bu. Saya juga tidak habis pikir. Mengapa semua fasilitas sudah diberikan, malah hasilnya jadi jelek."
"Padahal Rasti itu setiap harus sudah saya ingatkan, harus mengikuti semua pelajaran di sekolah dengan baik agar mencapai prestasi bagus karena itu demi masa depannya juga."
"Tapi di sekolah Rasti sangat pasif Bu Sisar. Itulah mengapa kami merasa perlu mengundang Ibu untuk datang kemari, barangkali ada masalah yang sedang di hadapi Rasti sehingga mengganggu kosentrasi belajarnya."
Baca Juga: Cerita Horor Pelaku Dunia Hitam Membuktikan Sendiri Adanya Siksa Kubur yang Dialami Temannya
"Ooo...begitu. Kok beda kalau di rumah ya. Rasti itu anaknya sangat aktif. Saya sudah melarang dia untuk bekerja, tapi tetap saja nekad maunya semua dikerjakan, dari bersih-bersih rumah, cuci baju, cuci piring, pokoknya semua dikerjakan."
"Saya sebenarnya tidak tega, tapi bagaimana lagi wong itu kemauan Rasti juga. Apa mungkin di rumah sangat aktif kok di sekolah jadi pasif," kata Sisar yang bicaranya sudah bertentangan dengan ucapan awalnya dan secara tidak sadar telah menyampaikan kepada Bu Tatik bahwa di rumah Rasti hanya bekerja dan bekerja.
Tapi selama ini memang Sisar sudah sering mengancam Rasti untuk tidak melaporkan kondisi rumah kepada siapapun, termasuk kepada gurunya. Itulah mengapa Rasti jadi sangat pendiam jika di sekolah.
Baca Juga: Cerita Lucu Kita Tidak Pernah Janji untuk Lahir Bersama dan Mantrol Hujan Pengganti Jaket
Tapi kini Bu Tatik sudah bisa meraba-raba, penyebab kondisi psikologis Rasti yang berubah drastis.