Mendengar suara yang tidak begitu jelas artikulasinya, lagian tidak tahu dari mana dan siapa yang bersuara, hal tersebut hanya diabaikan begitu saja oleh Ajik.
Dirasa telah cukup lama berada di tempat tersebut, dan jarum arloji tangannya telah menunjukkan angka dua, Ajik mengajak pulang Hino. “Sudah jam dua. Sudah pantas kita pulang. Orangtua kita pasti tak akan mengira jika kita bolos sekolah. He...he...he..., tutur Ajik tanpa merasa berdosa. - Semua nama samaran. (Seperti dikisahkan FX Subroto di Koran Merapi) *