Sementara bel itu terus berdentang.
Konon katanya, bel itu sudah ada sejak zaman Belanda dan memang setiap malam berdentang sendiri.
Pengalaman kedua ketika aku juga berada di kamar pojok bawah.
Suasana kamarnya memang agak suram meskipun pagi hari karena tertutup tangga di depan kamar.
Cerita-cerita mistis tentang kamar ini pun aku sering dengar.
Tapi lagi-lagi selama aku belum melihat sendiri aku tak begitu percaya.
Sampai malam itu adalah malam penyumpahan semua santri.
Kasusnya ada santri telah kehilangan (entah barang atau uang), namun tak kunjung ditemukan pelakunya.
Maka diadakanlah penyumpahan massal.
Kami diminta minum air yang (katanya) di dalamnya ada bacaan-bacaan untuk menunjukkan siapa pelakunya.
Meski aku yakin itu bukan aku, tapi ngeri juga rasanya.
Malam semakin larut, satu persatu teman kamarku mulai terlelap.
Entah kenapa aku yang awalnya ngantuk sekali, setelah minum air itu malah tak bisa tidur.