Pangeran Silarong lalu sarapan pagi dengan sayur gudheg jantung pisang kluthuk, sambal trasi, dan lauknya pepes gurameh.
Baca Juga: Bekerja Sebagai Ibadah, Ini Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi
Baru setengah piring nasi yang dihabiskan Pangeran Silarong berhenti sambil memandangi takir berisi darah yang diletakkan di bawah meja makan.
"Kenapa, Kangmas?" bertanya istrinya heran.
"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin mencoba memberi makan anjingku. Coba kamu bawa kemari si Plonteng!"
Istrinya segera mencari anjing piaraannya yang berbulu belang putih dan hitam itu lalu diajak mendekati suaminya.
Pangeran Silarong mengepal-ngepal nasi, lalu ditutulkan ke darah merah dalam takir kemudian diberikan kepada anjingnya.
Selang beberapa detik setelah memakan nasi berlepotan darah tersebut si Plonteng nampak terhuyung-huyung, jatuh ke lantai, dan mati.
"Ah, bagaimana Kangmas ini? Plonteng kamu bunuh?" istri Pangeran Silarong menjadi sedih sekali.
"Tenanglah, Diajeng. Soal anjing piaraan besuk kucarikan lagi. Namun perkenankanlah aku menguliti anjing ini."
Ternyata setelah diiris-iris dengan pisau daging anjing tadi begitu mbedhelnya, tidak alot seperti kebanyakan daging mentah. (Ditulis: Akhiyadi) *