kearifan

Dari Kerajaan Galuh Hingga Kabupaten Ciamis 4: Ajaran Hindu Siwa Memegang Peranan Penting dalam Kehidupan

Sabtu, 30 April 2022 | 02:30 WIB
Ajaran Hindu Siwa berkembang pada zaman Kerajaan Sunda Galuh. (Ilustrasi Pramono Estu)

harianmerapi.com - Pada masa Kerajaan Sunda Galuh, agama Hindu terutama Hindu Siwa memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakatnya.

Bukti tertulis baik karya sastra maupun prasasti dan peninggalan berupa candi atau arca-arca lepas, mendukung adanya pemujaan ini.

Memang agama Hindu Waisnawa dan agama Budha juga berkembang, namun perkembangannya tidak seluas perkembangan agama Hindu.

Baca Juga: Dari Kerajaan Galuh Hingga Kabupaten Ciamis 1: Muncul Setelah Tarumanegara Mengalami Kemunduran

Hal ini sebagaimana disebutkan antara lain dalam prasasti Sanghyang Tapak (1030 M), Prasasti Kawali, Carita Parahiyangan awal abad ke-16,

Sewaka Darma atau Serat Dewa Buda tahun 1435, Serat Catur Bumi, Sanghyang Raga Dewata, Kawih Paningkes, Jati Niskala, serta Sanghyang Siksakandang Karesian tahun 1516 M.

Kemudian sejak akhir abad ke-15 muncullah ajaran agama yang menekankan pemujaan terhadap hiyang, yang ditujukan oleh adanya “penurunan” derajat dewata berada di bawah hiyang.

Munculnya tafsiran ajaran agama itu berpangkal pada naskah Sanghyang Siksakandang Karesian. Yaitu “ratu bakti di dewata, dewata bakti di hiyang” atau artinya “raja tunduk kepada dewata, dewata tunduk kepada hiyang”.

Tome Pires dalam bukunya Summa Oriental (1513-1515) juga menulis demikian: “Raja Sunda memuja berhala, demikian pula semua pembesar kerajaanya.”

 Baca Juga: Dari Kerajaan Galuh Hingga Kabupaten Ciamis 2: Sanjaya Tak Terima Ayahnya Disingkirkan dan Mengungsi ke Marapi

Hal itu sejalan dengan kelanjutan isi naskah yang mengisahkan penguasa alam selesai menciptakan dunia.

Sakala batara jagat ngretakeun bumi niskala. Basana: Brahma, Wisnu, Isora, Mahadewa, Siwah bakti ka Batara! Basana: kusika, Garga, Mestri, Purusa, Patanjala, bakti ka Batara! Sing para dewata kabeh bakti ka Batara Sedah Niskala. Pahi manggihkeun si tuhu lawan pretyasa.

Arti dari tulisan itu adalah: “Suara penguasa alam ketika menyempurnakan dunia abadi. Ujarnya: Brahma, Wisnu, Isora, Mahadewa, Siwa baktilah kepada Batara! Ujarnya: Kusika, Garga, Mestri, Purusa, Patanjala, baktilah kepada Batara! Maka para dewata semua Berbakti kepada Batara Seada Niskala. Semua menemukan “yang Hak” dan “yang Wujud”.

Dari dua kutipan itu bisa disimpulkan bahwa hiyang adalah Batara Seda Niskala ‘Tuhan yang maha gaib’. Tokoh yang menempati kedudukan amat tinngi, yaitu sebagai tujuan akhir perjalanan bakti manusia.

Sanghyang Siksakandang Karesian menekankan perbedaan antara surga (tempat dewa), dan kahiyangan (tempat hiyang).

Halaman:

Tags

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB