harianmerapi.com - Manusia bisa berubah. Begitu pun dengan Kusin, yang ditempa keadaan akhirnya bisa berubah ke arah yang lebih baik.
Masa lalunya yang penuh kekelaman, ingin dikuburnya dalam-dalam dengan melakukan perubahan. Ia tersadar bahwa sebentar lagi ada kelahiran si buah hati yang membuat hatinya bahagia.
Uluran tangan ayahnya untuk memberinya pekerjaan akhirnya diterima. Yang penting, Kusin ingin mendapat penghasilan tetap, karena sudah harus memberi makan istrinya yang sebentar lagi akan melahirkan.
Baca Juga: Manusia Bisa Berubah 18: Rumah Tangga Bermasalah, Istri Wadul Mertua Soal Kelakuan Suami
Selama kehamilan pun, ternyata sudah harus banyak biaya yang dikeluarkan untuk periksa ke dokter, apalagi jika nanti anaknya sudah lahir.
Demikian pikir Kusin. Tak mungkin ia seperti ini terus. Hidup bebas tanpa memikirkan masa depan. Padahal ada tanggung jawab yang harus ia lakukan.
Meskipun gaji yang diterima dari pekerjaannya tidak begitu banyak, Kusin bisa menerimanya. Setidaknya ia merasa ada harga diri yang harus dipertaruhkannya.
Perubahan ini tentu membuat Lince merasa senang. Bukan masalah besar kecilnya gaji yang akan diterima nanti, namun lebih ke perubahan sikap pada diri suaminya.
Selama ini ia mendambakan seorang suami yang punya tanggung jawab. Pengalaman pahit dari suaminya yang pertama masih sangat membekas di hatinya, sehingga kadang menimbulkan rasa trauma.
Lince tak ingin anaknya dalam kandungan memiliki nasib yang sama dengan dirinya, yang disia-siakan oleh suami atau ayah kandungnya sendiri.
Harapannya tentui Kusin bisa menjadi ayah dan suami yang bertanggung jawab, sehingga kelak anaknya tak lagi bertanya-tanya siapa ayahnya.
"Ayah sudah tidak sabar lagi melihatmu, Nak," kata Kusin sambil mengelus-elus perut Lince.
Baca Juga: Manusia Bisa Berubah 16: Sudah Berkeluarga Justru Kembali ke Kebiasaan Lama Suka Nongkrong dan Mabuk
"Nanti kalau sudah waktunya juga nongol sendiri," kata Lince sambil membelai kepala suaminya dengan manja.