harianmerapi.com - Keseokan hari, Kusin baru bisa agak tenang pikirannya. Ia mencari kesempatan yang baik untuk berbicara dengan kedua orang tuanya.
Bagaimanapun sebagai seorang laki-laki, ia harus tanggung jawab karena pacar sudah hamil duluan. Tak peduli kenyataan pacar ternyata seorang janda.
Pagi hari selesai makan pagi, Pak Tondo dan istri terlihat masih mengobrol di meja makan. Ini dilihat Kusin sebagai kesempatan terbaik untuk membicarakan masalah yang ia hadapi.
Baca Juga: Manusia Bisa Berubah 1: Jadi Preman Kampung Hanya karena Mencari Perhatian Orangtua
"Bapak dan Ibu, Kusin mau bicara," kata Kusin yang masih agak deg-degan.
"Ya, Bapak dan Ibumu sudah menunggu kabar darimu," kata Pak Tondo.
Jawaban ayahnya itu membuat hati Kusin makin cemas, jangan-jangan mereka jadi kecewa jika tahu siapa Lince sebenarnya. Kusin pun terdiam sesaat.
"Ayo, mau bicara apa, Bapak sudah nunggu ini," kata Pak Tondo yang memang saat itu sudah berpakaian rapi untuk berangkat kerja.
Baca Juga: Manusia Bisa Berubah 2: Suka Berbuat Kriminal, Sering Berurusan dengan Polisi Tetap Tidak Kapok
"Begini Pak, Bu. Kemarin Kusin sudah bicara dengan Lince. Kami memang sudah sepakat untuk menikah, tapi apakah Bapak dan Ibu bisa menerima keadaan Lince?"
"Bapak sudah bilang, kalau benar Lince mengandung karena perbuatanmu, maka kamu harus tanggung jawab. Ya tentu Ayah dan Ibu tetap menerima meski pacarmu sudah hamil duluan."
"Bukan itu, Pak."
"Lantas apa lagi?"
"Ternyata Lince itu janda. Ia sudah punya anak satu," kata Kusin sambil menunduk.
Baca Juga: Manusia Bisa Berubah 3: Tindak Kriminal dan Mabuk-mabukan Berkurang Setelah Berkenalan dengan Wanita
Bu Tondo yang dari tadi mendengarkan pembicaraan, terdengar menghela nafas panjang. Tampak ada rasa kecewea, meski tidak diungkapkan.