harianmerapi.com - Mendengar Darjo terjatuh di persawahan pinggir jalan besar dan sudah dibawa ke rumah Neneknya, banyak warga menengok Darjo. Mereka bersyukur Darjo tidak mengalami kejadian fatal.
Sepeninggal warga, hanya tinggal berdua, Lik Pamuji bercerita. Malam itu beberapa anak muda pengangguran warga dusun Kuripan pada pesta miras.
Menggelar koran untuk tikar di tepi areal pesawahan pinggir jalan besar. Di tempat lain, dengan mobil patroli, Polisi sedang mengejar kelompok perampok bank yang mengendarai mobil.
Tak ingin buronannya lepas, senjata laras panjang milik Polisi menyalak beberapa kali.
Satu- dua peluru mengenai ban mobil perampok. Membuat mobil tersebut hilang kendali. Mobil oleng ke kiri dan ke kanan.
Akhirnya nyungsep di areal pesawahan pinggir jalan besar. Meledak dan api berkobar dengan cepat. Apes bagi beberapa anak muda yang sedang berpesta miras.
Mobil perampok bank tersebut jatuh nyungsep pas di lokasi pesta miras. Tak pelak lima peminum ‘banyu gendheng’ kejatuhan mobil. Bersama dengan mobil perampok, terbakar bareng.
Baca Juga: Kasihan Melihat Pasien di Rumah Sakit Diikat dan Kucing Sudah Damai dengan Tikus
Begitu pula tiga perampok bank yang berada di dalam mobil, satu pun tidak ada yang selamat. Mobil terbakar ludes. Total jendral, memakan kurban delapan orang.
“Itu kejadian tiga bulan lalu, Jo”, ujar Lik Pamuji. Dan sejak itu areal pesawahan di pingir jalan besar yang merupakan TKP terbakarnya mobil perampok tersebut menjadi angker.
Di kala senja mendatang, orang sering melihat percikan api. Jika ada orang memperhatikan, percikan api tersebut sontak berubah menjadi kobaran api yang besar.
Diikuti bau seperti orang membakar sate. Dan jika didekati, bau itu akan berubah menjadi
bau yang sangat tidak enak.
Baca Juga: Ada Dua Alasan Mengapa Manusia Membutuhkan Agama
“Pernah ada orang sengaja menonton kobaran api itu. Tahu- tahu ada salah satu sosok menubruknya. Dan orang itu ikut terbakar tubuhnya. Percaya atau tidak, terserah kamu”, ujar Lik Pamuji.