harianmerapi.com - Sudah hampir dua jam Doni menunggu, tak satu pun bus yang mau berhenti. Mana sendirian pula, jadi ia agak merinding, takut ada preman kesasar sama aroma mistis malam Jumat Kliwon.
Kemudian datang satu orang, tampaknya menunggu bus juga. “Mau pulang ke mana Mas?” sapa Doni. Tapi pemuda gondrong itu tak bereaksi.
“Sombong sekali mas satu ini, berapa kali aku menyapa tak sekalipun dia menjawab, pura-pura tidak dengar”, sungut Doni.
Baca Juga: Tujuh Manfaat dan Keutamaan Membaca Istighfar, Salah Satunya Membuka Pintu Rezeki
Untunglah tak berapa lama bus datang. Bus legendaris jurusan Yogya-Surabaya. Si Mas gondrong naik duluan.
Tumben baru sampai Janti bus sudah agak penuh. Untung ada tiga kursi kosong di bangku paling belakang. Bus sudah melaju sampai daerah Kalasan.
Sunyi waktu naik bus di malam hari sudah biasa, tapi sepertinya yang sekarang ini terlalu sunyi. Ada satu dua celoteh pelan terdengar, tapi kenapa dari tadi ekspresi orang-orang terlalu datar?
Lebih tepatnya tidak ada ekspresi yang tergambar di wajah. Bahkan orang di sebelah pun seperti tidak merasakan kehadiran Doni.
Baca Juga: Cerita Hidayah, Lalai dalam Hal Waktu Maka Rezeki yang Sudah di Depan Mata pun Menjauh
Doni jadi sedikit merinding, “Dulu mbakyuku pernah bilang, kalau malam jangan menunggu bus dari Janti, lebih baik dari terminal saja karena konon ada bus hantu yang suka mengambil penumpang di situ,” gumam Doni.
Soal bus hantu, selentingan mengatakan bus ini mengalami kecelakaan dan semua penumpangnya tewas. Saat kita naik bus hantu itu semua penumpangnya berwajah pucat dan tidak menghiraukan kehadiran kita karena mereka arwah gentayangan.
Konon kalau naik bus itu dari Yogya bisa sampai ke Surabaya dalam waktu tiga jam, tapi kalau lagi tidak beruntung bisa tidak sampai Surabaya, kita malah dibawa ke alam antah-berantah.
“Mas, Sampeyan mau turun mana?” Doni mencoba menyapa penumpang di sebelah, sekaligus mengusir rasa penasaran, masa iya ada bus hantu.
Baca Juga: Buah Maja Bantu Percepat Pulihnya Luka-luka dan Musuh Serangan Mual- mual
Orang itu tidak bereaksi. Ini mulai menakutkan. Doni coba menepuk bahunya agar dia menanggapi sapaannya. Sial! Tangan Doni menembus bahu orang itu! Dia tidak nyata, dia bukan manusia!