harianmerapi.com - Nyai Subang Larang menerima Prabu Siliwangi bukanlah tanpa alasan. Ia sudah bertekad untuk menyebarkan ajaran agama Islam.
Besar harapannya menikah dengan Prabu Siliwangi akan memudahkan jalannya. Hari demi hari ia lalui penuh suka cita bersama Parbu Siliwangi.
Nyai Subang Larang mulai menyebarkan ajaran agama Islam di Istana namun secara-sembunyi-sembunyi. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari konflik.
Baca Juga: Main Hingga Sore Hari, Pulang Diantar Makhluk Mengerikan
Kerajaan Pajajaran memang tidak melarang adanya agama baru di luar ajaran leluhur, agama Hindu dan Budha yang dianut mayoritas penduduk kerajaan. Tetapi keberadaan agama Islam saat itu masih menjadi kaum minoritas.
Tidak lama kemudian pada tahun 1423 lahirlah Raden Walangsungsang kemudian disusul Nyi Rara Santang di tahun 1426, dan Raden Kian Santang pada tahun 1427. Ketiga anaknya tumbuh dalam pengasuhan Nyai Subang Larang.
Sejak kecil mereka sudah dididik nilai-nilai keislaman seperti yang pernah ia dapatkan semasa menjadi santri. Subang Larang mendidik anaknya sesuai syariat Islam yang selalu menekankan pada pendidikan moral keagamaan.
Baca Juga: Gara-gara Bapak Suka Nonton Video Porno
Dimana hendaknya manusia menjauhi perbuatan yang dilarang agama seperti maksiat atau perbuatan tercela lainnya. Selain dididik ilmu agama anak-anak Nyai Subang Larang juga dididik menjadi kesatria.
Ia percaya di tangan mereka kelak Islam akan berkembang pesat. Kelak mereka akan memikul tanggung jawab yang besar untuk kesejahteraan dan kemaslahatan umat.
Sejak kecil ketiga anaknya sudah memiliki jiwa bertanggung jawab dan pantang menyerah. Mereka pun memiliki keingin tahuan yang besar memahami ajaran agama Islam.
Baca Juga: Rezeki Mengalir Setelah Mengantar Perempuan Misterius Baju Putih
Dari sanalah Nyai Subang Larang meyakini ada jiwa kepemimpinan. Menyebarkan ajaran agama Islam di lingkup Keraton Pakuan Pajajaran tentu tidaklah mudah.
Nyai Subang Larang kerap mengalami penolakan. Namun ia tidak menyerah begitu saja. Maka ia menggantungkan harapan besar kepada ketiga anaknya.
Ia pun mendirikan pesantren dengan nama Kobong Amparan Alit di Teluk Agung yg kini berada di Desa Nanggerang Kecamatan Binong. Nama Kobong Amparan Alit ini diperkirakan berubah menjadi daerah yang kini disebut Babakan Alit.