hidayah

Rezeki Tak Kemana 1: Dizalimi Saudara Sendiri

Sabtu, 30 Oktober 2021 | 08:00 WIB
Narto merenungi nasibnya yang dirasa belum beruntung. (Ilustrasi Sibhe)

harianmerapi.com - Memang sangat menyakitkan dizalimi oleh saudara sendiri. Narto (nama samaran) pun termangu memikirkan masibnya. Ia merasa selama ini hidupnya kurang beruntung.

Sampai usia kepala empat, dengan dua anak yang mulai besar dan membutuhkan banyak biaya untuk pendidikan, keadaan ekonominya masih sulit. Ia merasa seolah rezeki selalu menjauh darinya.

Urusan utang seakan juga tak pernah bisa selesai, bahkan kian hari semakin tambah banyak.

Baca Juga: Misteri Rumah Kuna yang Ternyata Dihuni Bangsa Lelembut

Berbeda dengan saudara-saudaranya, yang secara ekonomi sudah mapan. Narto memiliki empat saudara, dua laki-laki dan dua perempuan.

Tiga saudaranya hidup berlimpah harta, sedang satu saudaranya memang tidak kaya raya. Namun setidaknya saudaranya tersebut sudah hidup tidak kekurangan.

Statusnya memang PNS golongan II, namun ternyata kebutuhan yang harus dipenuhi Narto lebih tinggi dari gaji yang didapatnya.

Baca Juga: Anakku Mau Diambil Perempuan Penghuni Rumah Kuna

Istrinya tinggal di rumah sebagai ibu rumah tangga, sementara dua anaknya membutuhkan biaya sekolah yang tidak sedikit.

Sesungguhnya Narto tidak menyesali nasibnya. Ia hanya membayangkan, betapa enaknya jika hidup tanpa memikirkan masalah utang.

Ia juga tak pernah merasa iri dengan kehidupan saudara-saudaranya, yang jauh lebih sejahtera secara ekonomi. Begitu pula saat dirinya tidak diberi bagian warisan oleh kakaknya yang lebih berkuasa, Narto tak pernah mempersoalkan.

Baca Juga: Kencan dengan Pria Hidung Belang, Ternyata Usianya Sudah Lebih 200 Tahun

"Nar, tanah warisan bapak sudah saya jual. Tapi saya sedang butuh uang banyak, untuk mengembangkan usaha saya. Jadi mohon dimaklumi tidak saya bagi. Nanti kalau usaha saya berhasil, bagianmu saya berikan," kata kakak Narto, Kirno - bukan nama sebenarnya.

Kata-kata kakaknya itu masih terngiang-ngiang di telinga narto. Namun sepuluh tahun setelah kejadian itu, saat sekarang kehidupan kakaknya bermewah-mewah, tak pernah ada realisasi seperti yang dijanjikan.

Narto juga tahu, bahwa saat itu sebenarnya saudaranya yang lain diberi bagian hasil penjualan tanah warisan. Sementara dirinya, mungkin sekadar untuk menutup kecewa, hanya diberi Rp 5 juta. Padahal hasil penjualannnya mencapai angka ratusan juta.

Halaman:

Tags

Terkini

Filosofi laron dalam masyarakat Jawa

Senin, 28 April 2025 | 14:45 WIB