kearifan

Saparan Merti Dusun Krandegan 3: Jika Meninggalkan Tardisi, Musibah akan Menimpa

Senin, 11 Oktober 2021 | 10:46 WIB
Musibah menimpa dusun jika meninggalkan tradisi (Ilustrasi Pramono)

SAMPAI sekarang, dalam menggelar acara merti dusun warga Krandegan mesti nanggap tayuban. Tanggapan Tayuban ini sifatnya wajib dan warga dusun ini tidak berani melanggarnya.

Saparan ruwat bumi tradisi yang selalu dan harus dilaksanakan setiap tahun itu merupakan upaya leluhur dusun itu agar keturunannya dari generasi ke generasi selalu melestarikan budaya spiritual, seni tradisi serta menjaga alam lingkungannya agar tetap lestari.

Tokoh seniman yang juga ketua panitia Saparan ini Sarwo Edi, 48 tahun, menjelaskan, Saparan ini sudah dilaksanakan 389 kali sejak dusun Krandhegan warganya sudah berjumlah empat puluh kepala keluarga.

Baca Juga: Main Drama Soal Pocong, Eh Pocong Beneran Malah Datang

Dan kini jumlah warganya tidak kurang dari 480 kepala keluarga. Selama ini warga Krandegan ‘tidak berani’ meninggalkan acara Saparan yang digelar setiap tahun. Konon, dulu pernah warga di sini tidak menyelenggarakan Saparan.

Akibatnya, banyak warga dusun yang tertimpa musibah dan malapetaka. Sarwo Edi menambahkan, arwah leluhur dusun ini tidak berkenan bila ada warganya nanggap wayang kulit.

Suasana keramaian dusun Krandegan ketika Saparan Merti Dusun. (Dok. Amat Sukandar)

Beberapa tahun yang lalu dalam acara perayaan Agustusan warga pernah nanggap wayang kulit. Ternyata tidak lama kemudian ada kejadian yang mengerikan berupa angin ribut yang merusak empat rumah penduduk.

Baca Juga: Kejujuran Membawa Nikmat 30: Hidup Berkecukupan Namun Tak Suka Bermewah-mewah

Acara ritual tradisional ‘Saparan Merti Dusun’ di Krandegan desa Sukomakmur yang berada di lereng sisi selatan Gunung Sumbing dengan ketinggian + 1.600 meter di atas permukaan laut, tahun ini dilaksanakan pada hari Sabtu Pahing, tanggal 10 Sapar 1955 Alip atau tanggal 18 September 2021 yang lalu bertempat di rumah Wasilo, Kepala Dusun Krandegan.

Tradisi Saparan ini dengan rangkaian acara mujahadahan, kenduri selamatan dan syukuran yang diikuti seluruh warga dusun. Mereka juga tidak lupa membuat sesaji lengkap untuk arwah para leluhur dusun.

Baca Juga: Mensyukuri Nikmat 19: Istri Kedua Melancarkan Jurus Rayuan

Sesaji itu berupa ingkung ayam, nasi tumpeng, jenang merah putih, jajan pasar, janur kuning, degan ijo, wedang kopi, wedang teh dan wedang putih, sirih ayu, pisang raja, pisang ambon, rokok kretek.

 

Rrokok klembak menyan, menyan madu, dan kendhil-kendhil yang berisi beras, lengkap dengan peralatan dapur. Sesaji itu ditempatkan di sebuah ruang di dekat dapur rumah kepala dusun, yang menjadi ajang acara Saparan. (Ditulis: Amat Sukandar)

Halaman:

Tags

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB