kearifan

Mbah Kyai Pahing 1: Orang yang Datang Mengikuti Pengajian Mujahadah Semakin Banyak

Kamis, 23 September 2021 | 05:00 WIB
Foto lukisan wajah Kyai Abdul Kholiq alias Mbah Kyai Pahing (Dok. Amat Sukandar)

KYAI Pahing, yang nama aslinya Kyai Abdul Kholiq atau Raden Mas Wiryo Kusumo adalah seorang mubaligh. Ayahnya bernama Panembahan Bodo atau Raden Trenggono (tetapi bukan Sultan Trenggono), dan ibunya Nyai Brintik, putri Sunan Kalijaga.

Pada tahun 1786, dalam perjalanan syiar agama Islam dia menetap di sebuah desa yang kini bernama Menggoro, wilayah Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung. Sebuah desa yang subur di kaki sisi timur Gunung Sumbing.

Dalam menyebarkan agama Islam, dia hidup ditengah masyarakat yang menganut ajaran agama Hindu, disamping juga masih ada yang mempunyai faham kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Inilah yang menarik dan menjadi tantangan Kyai Abdul Kholiq untuk menyebarkan agama Islam di desa ini, yang kala itu dia menjadi takmir masjid peninggalan ayahandanya.

Baca Juga: Kejujuran Membawa Nikmat 25: Tak Ada Kesuksesan Tanpa Kerja Keras

Sisa-sisa bangunan candi Hindu berupa arca Nandi dan batu-batu candi kini diletakkan di bawah dua pohon tanjung di halaman masjid Menggoro.

Dengan memukul kentongan, Kyai Abdul Kholiq mengundang masyarakat agar berkumpul di sebuah tempat. Setelah banyak warga masyarakat yang datang dan berkumpul, mereka diajak Kyai Abdul Kholiq untuk masuk ke sebuah masjid.

Tetapi, sebelum memasuki masjid, warga masyarakat itu dituntun mengucapkan dua kalimat syahadat dan diberi pemahaman maknanya. Dengan mengucapkan kalimat kalimat syahadat itu artinya mereka telah masuk agama Islam.

Baca Juga: Misteri Pring Petuk 1: Hanya Berputar-putar di Jalan yang Sama

Batu-batu candi kini diletakkan di bawah pohon tanjung di halaman masjid Menggoro. (Dok. Amat Sukandar)

Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, Kyai Abdul Kholiq memberikan pengarahan dan amalan-amalan yaitu, “Ya Allah, Ya Kabir, Ya Rahim, Ya Mujib.” Yang artinya, ‘Wahai Allah Yang Maha Agung, Yang Maha Mulia, Yang Maha Mengabulkan’.

Dari hari ke hari jumlah orang yang datang untuk mengikuti pengajian dan mujahadah yang dilakukan di masjid ini semakin bertambah banyak. Pesertanya tidak hanya warga desa setempat, tetapi juga dari desa-desa lain di sekitar Tembarak.

Mujahadahan ini diselenggarakan setiap Kamis Legi malam Jum’at Pahing sehabis sholat Isya.

Baca Juga: Percaya Ritual Gaib Tarik Pusaka, Lansia di Kulon Progo Ini Tertipu Rp 580 Juta

Karena kegiatan mujahadahan itu diselenggarakan setiap malam Jum’at Pahing, maka warga setempat menyebut Kyai Abdul Kholiq dengan panggilan mBah Kyai Pahing. Nama Kyai Pahing inilah yang lebih dikenal oleh masyarakat Temanggung dan sekitarnya sampai sekarang. (Ditulis: Amat Sukandar)



Halaman:

Tags

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB