Warga dusun mencari keberadaannya di sekitar desa, namun Eyang Kyai Candrabumi tidak berhasil ditemukan.
Sehingga, banyak orang yang percaya bila Eyang Kyai Candrabumi telah moksha, wafat dan musna bersama raganya karena kesaktiannya.
Ketika itu Eyang Kyai Candrabumi diketahui warga dusun Candran terakhir pada hari pasaran Pahing pertengahan bulan Ruwah menjelang bulan purnamasidhi.
Dan pada hari pasaran Pon, warga di dusun tersebut sudah tidak melihat lagi Eyang Kyai Candrabumi.
Sehingga untuk pedoman acara Nyadran di Makam Patilasan Kyai Candrabumi yaitu antara tanggal 11 sampai 15 bulan Ruwah, pada hari pasaran Pon.
Cerita ‘tutur tinular’ dan turun-temurun ini masih ada dan lestari di tengah kehidupan masyarakat desa Podosoko. (Ditulis: Amat Sukandar/Koran Merapi) *