HARIAN MERAPI - Cerita kisah Putri Champa dan penyebaran Islam di Majapahit seri 6
Kala itu rombongan yang dipimpin Raden Patah di Majapahit diterima dengan baik
Sebelum para rombongan datang ke ibu Kota Majapahit, rombongan tersebut singgah di Palembang. Palembang dipimpin oleh seorang raja bernama Adipati Arya Damar.
Persinggahan tersebut telah memberikan perubahan buat Arya Jin Bun, putra Raja Brawijaya V dari selirnya yang berasal dari Cina, memeluk agama Islam.
Arya Jin Bun saat itu diasuh oleh Arya Damar, setelah memeluk agama Islam, Arya Jin Bun pun berganti nama menjadi Raden Patah.
Pada waktu itu, Raden Patah berusia sekitar 30 tahun dan ia mengantarkan rombongan imigran tersebut ke Kota Majapahit. Akan tetapi, dalam perjalanan, sesampai di Tuban.
Makdum Brahim wafat. Selang berapa lama pun rombongan tiba di Kota Majapahit yang berada di Kediri dan Raden Patah pun membawa rombongan menghadap ke Prabu Dyah Ranawijaya.
Kedatangan Raden Patah dan rombongan disambut baik oleh raja Majapahit. Bahkan ajaran dan kebaikan misi yang dibawa oleh rombongan menghasilkan gagasan baru oleh Raja Majapahit.
Prabu Ranawijaya pun menggagas pendirian masjid. Harapan raja adalah daerah pesisir seperti Surabaya, Gresik, dan Tuban menjadi lebih ramai dikunjungi pedang muslim lainnya.
Hal ini tentu akan berdampak pada kemajuan perekonomian Majapahit. Dari gagasan itulah raja membagi tugas untuk masing-masing ulama besar dalam rombongan tersebut.
Raden Rahmat ditempatkan di Surabaya, sedangkan Raden Santri Ali di daerah Gresik. Setelah itu, Raden Rahmat pun mendapatkan julukan imam masjid di Ampel Denta sehingga mendapat julukan Sunan Ampel.
Raden Rahmat pun menikah dengan Ini Ageng Manila, seorang putri dari adipati Tuban Arya Teja.