Ya sudah kalau kamu takut. Biar aku tebang sendiri. Malah untung, upahnya buat
aku sendiri, ucap Paklik Tasman, jengkel.
Pagi-pagi sekali, dengan penuh semangat Paklik Tasman mengayuh sepedanya
menuju desa sebelah. Tiba-tiba di gapura masuk Desa X, seorang kakek-kakek menghadang.
Kamu orang yang disuruh menebang pohon asam Pak Darjo? tanya kakek-kakek itu tanpa basa-basi.
Dengan ragu-ragu Paklik Tasman mengangguk sebagai jawaban. Kakek-kakek itu kemudian berujar, Saranku, kamu lakukan tirakat dahulu sebelum menebang pohon asam itu. Paling tidak, bacalah doa.
Setelah berkata demikian, kakek-kakek itu berlalu pergi begitu saja. Paklik Tasman menggeleng-gelengkan kepala saking keheranan. (Dikisahkan Endang S. Sulistiya yang ditayang di Koran Merapi edisi 6 April 2024) *