HARIAN MERAPI - Kekokohan jembatan sepur Serayu, di Kecamatan Patiraja, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah tidak lepas dari kisah mistis yang melingkupi saat pembuatan.
Kisah itu, yakni tumbal satu kelompok kesenian tayub atau lengger yang dipersembahkan pada jin makhluk halus penunggu sungai tersebut.
Pembuatan jembatan strategis itu dibangun pada tahun 1914 sampai 1915 oleh perusahaan kereta api negara Statspoorwegen.
Baca Juga: Puncak Gunung Tidar Jadi Saksi Pelantikan 261 ASN Pemkot Magelang
Saat itu pemerintah kolonial membangun jalur kereta api Cirebon - Kroya yang dimaksudkan untuk mempersingkat perjalanan dari jalur selatan dari Jogja dan sekitarnya, menuju Batavia (Jakarta) yang merupakan pusat pemerintahan kolonial.
Pembangunan jalur ini adalah yang tersulit karena kondisi geografis yang cukup berat dan berisiko melewati beberapa perbukitan di daerah Notog serta lebar dan dalamnya sungai serayu.
Tak ayal, pembangunan jalur kereta api tersebut menimbulkan banyak kecelakaan kerja, ada pekerja yang menderita luka dan bahkan hingga meninggal dunia.
Sejumlah makam yang terletak di bukit di atas perlintasan kereta api di daerah Notog disebut-sebut sebagai salah satu buktinya. Pekerja kala itu dimakamkan di tempat tersebut.
Perlu diketahui, keselamatan kerja kala itu belum seperti saat ini, demikian pula dengan penanganan pertama pada kecelakaan kerja.
Baca Juga: Remaja Menjadi Target Utama Peredaran Narkoba, Ini Alasannya Menurut Wakil Bupati Temanggung
Tantangan terbesar yakni dalam pembuatan jembatan kereta api di Serayu.
Pembangunan pondasi jembatan mengalami banyak kendala salah satunya ketika struktur dasar pondasi mulai dibangun terjadi ambles karena terkena derasnya aliran sungai. Tidak sekali dua kali, peristiwa itu terjadi berulang kali pada waktu itu.
Sementara target selesainya pembauat jembatan dan jalur harus terpenuhi. Karena khawatir pengerjaan molor sehingga digunakan solusi alternatif untuk menemukan penyebabnya, yakni melalui paranormal.
Hasil komunikasi antara paranormal yang dipercaya dengan penguasa gaib sungai serayu, Dewi Ayu Wuri Agung, yang perwujudannya digambarkan siluman ular berkepala manusia berwajah perempuan itu diketahui penguasa gaib menginginkan tumbal satu grup tayub lengger banyumasan lengkap dengan perangkat gamelan.
Tumbal sebagai ganti rugi karena proyek tersebut telah mengusik ketenangan wilayah kekuasaannya.
Baca Juga: Korban Cabut Laporan, Kasus Bocah 14 Tahun Curi Mobil di Kota Bandung Berakhir damai
Kesenian itu ditumbalkan untuk menghibur bangsa jin dan siluman yang ada di sekitar Sungai Serayu.