kearifan

Nasi ketan kebuli warisan warga keturunan Arab jadi ciri khas dalam tardisi memperingati Maulud Nabi di pinggiran Kota Bondowoso

Sabtu, 15 Maret 2025 | 19:00 WIB
Ilustrasi nasi ketan kebuli. (Istimewa)

HARIAN MERAPI - Masyarakat di Tenggarang, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur memiliki tradisi yang dirawat hingga ini setiap perayaan Maulud Nabi.

Yakni dipertahankannya ketan kebuli, yang sesungguhnya makanan itu merupakan warisan tradisi warga keturunan Arab yang dulunya banyak menghuni di kelurahan di pinggiran Kota Bondowoso.

Di zaman dulu, rupanya warga di kelurahan itu menyukai penganan kebuli, sehingga menjadi tradisi turun temurun yang dibawa ke langgar atau masjid saat maulud Nabi Muhammad.

 Baca Juga: Tradisi dalam rangka Maulud Nabi, warga pedesaan di Kabupaten Bondowoso saling bertukar makanan yang dibawa ke Masjid

Dengan masih lestarinya tradisi yang mewarnai maulud nabi itu, maka masyarakat di Kabupaten Bondowoso masih hidup dengan relasi sosial yang penuh kekeluargaan dan gotong royong.

Mereka masih menjaga nilai silaturahim lewat pertemuan di masjid dan langgar, selain budaya itu tetap dilestarikan dalam keseharian.

Bukan hanya menjadi ajang kesibukan kaum perempuan dan pertemuan kaum laki-laki, sebetulnya, tradisi maulud nabi juga menjadi ajang anak-anak di daerah itu untuk bergembira bersama.

Sekitar 10 tahun lalu, anak-anak di Kelurahan Tenggarang, Bondowoso, khususnya yang perempuan, masih memanfaatkan buah-buahan yang didapat dari peringatan Maulud itu untuk bahan jualan-jualan.

Baca Juga: BRI Raih 5 Penghargaan di Retail Banker International Asia Trailblazer Awards, karena Berhasil Jaga Fundamental Kinerja dan Fokus di UMKM

Permainan itu, dilakukan pada malam hari setelah orang tua mereka datang dari masjid atau langgar. Anak-anak itu memajang buah-buahan hasil Maulud untuk dijual, meskipun alat tukarnya tidak menggunakan uang.

Karena setiap rumah sudah memiliki berbagai jenis buah yang didapat dari acara Maulud, maka ajang menjual dan membelinya juga hanya pura-pura alias mainan.

Misalnya, satu anak, Mila. membeli di lapak milik Siti, setelah itu, gantian Siti yang membeli buah milik Mila atau ke anak-anak lainnya.

Kini, tradisi jual-jualan itu sudah tidak diminati oleh anak-anak dan hanya menjadi kenangan mereka yang kini sudah memasuki usia remaja, salah satunya, Akif.

Baca Juga: Bupati Karanganyar Rober Christanto lakukan sidak stok dan harga pangan di pasar tradisional, ini hasilnya

Akif, yang kini sudah mahasiswa, bercerita bahwa ketika masih TK hingga SD, ia pernah menjalani tradisi jual-jualan buah dari hasil peringatan maulud nabi. Kala itu, ia merasakan kegembiraan bermain bersama dengan teman-teman sebayanya.

Halaman:

Tags

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB