Meskipun tradisi yang mengantarkan anak-anak itu ikut bergembira menyambut Maulud, setidaknya beberapa tradisi lain tidak punah, misalnya anak-anak perempuan yang ikut sibuk membantu ibunya menyiapkan makanan dan aneka buah yang hendak dibawa ke langgar atau masjid.
Hapi, sesepuh Kelurahan Tenggarang, Bondowoso, mengakui bahwa tidak mudah memelihara tradisi dai satu daerah untuk bertahan. Hanya saja, dia bergembira, karena secara garis besar, tradisi dalam mauludan di tempat tinggalnya tidak sepenuhnya punah.
Apalagi, anak-anak muda masih mau meluangkan waktunya untuk pergi ke langgar atau masjid guna memeriahkan maulud nabi.
Mengenai tradisi jual-jualan yang kini tidak lagi dilakukan anak-anak, sangat mungkin tradisi itu akan hidup kembali, karena secara psikologis, setiap manusia memiliki rasa nostalgia untuk kembali mencicipi suasana masa lalu.
Hal yang bisa dilakukan oleh para orang tua, saat ini adalah menceritakan kembali kepada anak-anaknya bahwa di masa lalu pernah ada tradisi jual-jualan setelah acara maulud Nabi. *