"Astaga.... Coba begini saja, kamu tanya teman Sita yang masih kos disini, barangkali dia tahu," kata Pak Bowo sambil memegang dadanya karena menahan rasa emosi berlebihan.
Bergegas Lastri menuju kos-kosan untuk mencari teman Sita. Kebetulan ada satu teman akrab Sita, Tatik (bukan nama sebenarnya) yang bisa ditemui.
Awalnya Tatik ragu-ragu untuk berbicara, namun setelah Lastri bercerita panjang lebar tentang masalah yang sedang dihadapi, akhirnya luluh juga hatinya.
"Maaf Bu, Sita memang teman saya dan banyak bercerita tentang dirinya, termasuk hubungannya dengan Pak Karman. Saya sebenarnya kasihan dengan Sita, tapi setelah mendengar cerita Ibu, saya kasihan juga dengan Ibu. Begini Bu, tapi mohon maaf sebelumnya jika yang saya sampaikan membuat tidak enak. Sebenarnya Sita dengan Pak Karman itu sudah menikah siri...."
Seketika seluruh badan Lastri menjadi lemas dan dingin. Dia tak menyangka suaminya telah mengkhianati dirinya. Padahal pengorbanan besar sudah ia berikan dan cinta mereka juga sudah membuahkan dua putra yang menyenangkan. Ingin rasanya Lastri mati saat itu juga, namun dirinya masih ingat pada Bagus yang terbaring di rumah sakit.
Hadis Nabi; "Besarnya pahala sesuai dengan besarnya cobaan, dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Oleh karena itu, barangsiapa yang ridha (menerima cobaan tersebut) maka baginya keridhaan (Allah), dan barangsiapa murka maka baginya kemurkaan (Allah)." (HR. Ibnu Majah). *