Karena seorang pelayan di kantor partai, pasti ia sering disuruh-suruh oleh Pak Subowo, sang ketua DPW, untuk membersihkan lantai, menyirami tanaman,
Baca Juga: Gibran berlakukan jam baru masuk sekolah, ini sebabnya
termasuk merawat kuda poni milik Pak Subowo yang konon harganya mencapai ratusan juta rupiah.
Pasti laki-laki itu tinggal di kamar atau gudang belakang gedung partai, sendirian, sambil memakan nasi dan tempe orek yang biasa dipesannya.
Semakin lama menjadi pelanggan warungnya, semakin akrablah Nyi Hindun dengan lelaki bujangan itu.
Sesekali terbersit dalam pikiran Nyi Hindun, ingin berbagi dengan mengirim sate bandeng yang dilengkapi lalap emping, dan ia mahir sekali memasaknya hingga terasa empuk dan renyah.
Tapi, seperti yang sudah dikatakan tadi, karena sifat perempuan ini baik hati dan salehah, ia tak berani melakukan hal-hal nekat seperti itu, tanpa suatu alasan yang masuk akal. (Seperti dikisahkan Chudori Sukra di Koran Merapi) *