Sepanjang perjalanan, seperti biasa, saat melewati kebun sawah, dan kali, beberapa kali Suratni berhenti demi mengambil apa pun untuk pasaran nanti.
“Piyeek..piyeek..piyeek…”
“Apa, tuh?” seru Suratni. Murti pun menajamkan pendengarannya.
Baca Juga: Sampah plastik tidak cukup didaur ulang, sebab 90 persen di antaranya masih cemari lingkungan
“Piyeek…piyeek...” suara itu kembali terdengar.
Suratni dan Murti bergegas mencari asal suara itu. Suaranya mirip suara anak ayam. Aneh memang, sawah ini kan, jauh dari pemukiman, tapi bisa ada anak ayam di sini.
“Mungkin ayam hutan liar. Lumayan kalau memang itu anak ayam, bisa kita bawa pulang buat dipelihara,” kata Murti yang langsung disetujui oleh Suratni.
Setelah mencari beberapa lama, di tepi pematang sawah itu, mereka menemukan sebuah besek tertutup.
“Piyeek…piyeek…”
“Tampaknya suaranya dari besek ini,” kata Suratni. (Seperti dikisahkan Fery Yanni di Koran Merapi) *