“Itu saja biasanya hanya keris lurus dengan pamor biasa seperti wos wutah atau kulit semangka. Kalau dengan luk, apalagi dengan pamor miring harganya bisa puluhan juta,” kata Timbul.
Menurut Timbul, hal itu pula yang mendasari Perkumpulan Tosan Aji Lar Gangsir banyak menampilkan keris-keris era baru pada pameran kali ini.
“Kita ingin mengedukasi kepada masyarakat, bahwa keris baru yang berkualitas itu punya nilai, dan yang terpenting adalah cara mengenalinya,” kata Timbul.
Baca Juga: Mat Hasyim resmi jabat Direktur PDAM Sukoharjo
Selain itu, ditampilkannya keris-keris baru dalam pameran juga merupakan bentuk nyata dari upaya pelestarian keris.
Timbul mengatakan, bahwa kalau hanya berpusat pada keris-keris lama atau sepuh, lama-lama akan habis. Selain itu, juga berarti tidak ada regenerasi.
“Kalau tidak dari sekarang kita memperkenalkan keris baru, maka tidak ada pelestarian,” katanya.
Pelestarian keris tidak hanya akan bermanfaat bagi keris, namun juga bagi semua pihak yang terkait.
“Dengan memperkenalkan keris baru, maka regenerasi berjalan, sehingga para mpu dan perajin juga bisa terus eksis sampai turun-temurun,” pungkasnya. (*)