HARIAN MERAPI - Kisah Sunan Geseng yang menjadi murid setia Sunan Kalijaga seri 6
Sunan Geseng meninggalkan Watu Gajah yang kini dipercaya punya kekuatan magis.
Dalam penggalian salah satu makam yang dipilihnya, warga desa Kleteran tidak berhasil menemukan jenazah Sunan Geseng. Warga desa Kleteran mengakui ‘kekalahannya’ dan rela jenazah Sunan Geseng dimakamkan di desa Tirto.
Dari peristiwa itu, ada kepercayaan di tengah masyarakat desa Tirto, bagi para peziarah makam Sunan Geseng, bila akan pulang sebaiknya tidak melewati desa Kleteran yang berada di sebelah barat desa Tirto.
Konon, bila peziarah pulang lewat Kleteran, maka ‘berkah ziarah’nya akan hilang karena ‘dibegal’ di Kleteran.
Di sebelah timur cungkup makam Sunan Geseng ada sebuah batu besar berukuran sekitar 2 m x 1 m, yang berbentuk seperti trapesium dengan sisi-sisinya rata.
Karena besarnya, batu ini disebut ‘Watu Gajah’, meski bentuknya tidak mirip gajah. Menurut ceriteranya, batu ini dahulu letaknya di sebelah bawah bukit di pinggir desa.
Konon, batu ini dulu menjadi tempat duduk Sunan Geseng dan Ki Wonotirto - sesepuh dan cikal bakal desa Tirto - bila mereka sedang santai sambil bercengkerama. Konon juga menjadi tempat sholat Sunan Geseng.
Dan ketika mereka duduk-duduk di batu itu Sunan Geseng pernah berpesan kepada Ki Wonotirto, kalau beliau wafat minta agar jenazahnya dimakamkan di desa Tirto.
Ketika Sunan Geseng wafat dan dimakamkan di puncak bukit, batu itu ikut naik dan berhenti di dekat makam Sunan Geseng.
Konon, batu gajah yang aneh ini juga dipercaya memiliki daya magis, barangsiapa yang bisa ndhepani (mengukur panjang dengan merentangkan kedua lengan tangannya) di batu ini, maka permohonannya akan terkabul. (Amat Sukandar/Koran Merapi) *