Ketika mulai tampak atapnya, orang-orang di desa Sambimaya mengetahui apa yang dikerjakan lelaki itu.
Berita itu cepat menyebar walaupun disampaikan getok tular dari mulut ke mulut.
“Apa kau tidak sedang mengigau? Mana mungkin ada candi di gundukan tanah itu?”
“Tidak, Kang, aku telah melihatnya. Sekarang orang-orang desa Sambimaya bahu-membahu membersihkan candi itu dari timbunan tanah. Mungkin dulu pernah ada letusan gunung atau gempa bumi yang menyebabkan candi itu terkubur.”
Di tempat lain, sekumpulan orang-orang jahat merencanakan untuk mencuri bagian dan isi candi yang dianggap memiliki nilai arkeologis yang tinggi.
Tentu kolektor benda-benda kuno akan membayarnya dengan harga mahal.
Mereka telah melihat candi itu siang tadi dan telah mengetahui apa-apa yang akan diambil malam nanti.
Malam purnama keempat belas.
Baca Juga: Cerita misteri Amin setelah nenek yang mengasuhnya penuh kasih sayang di Lamongan meninggal dunia
Candi itu telah tersibak secara sempurna.
Ia berdiri dengan gagahnya setelah dibangkitkan dari kuburnya.
Samar dari kejauhan, di halaman candi tampak lelaki bercaping itu berdiri menghadap candi.
Ia sedang memikirkan apa yang baru saja ia alami. “Apakah tadi aku bermimpi? Jika mimpi, mengapa jelas sekali.
Biksu itu datang dan memberitahukan sesuatu padaku.