Tradisi dalam rangka Maulud Nabi, warga pedesaan di Kabupaten Bondowoso saling bertukar makanan yang dibawa ke Masjid

photo author
- Sabtu, 15 Maret 2025 | 18:00 WIB
Suasana peringatan Maulud Nabi di salah satu langgar di Kelurahan Tenggarang, Kecamatan Tenggarang, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Minggu (15/9/2024) malam (MERAPI-ANTARA/Masuki M. Astro)
Suasana peringatan Maulud Nabi di salah satu langgar di Kelurahan Tenggarang, Kecamatan Tenggarang, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Minggu (15/9/2024) malam (MERAPI-ANTARA/Masuki M. Astro)

Salah satu tradisi yang juga masih dipertahankan oleh Muslim di Tenggarang, saat merayakan Maulud adalah mengisi nampan dengan ketan kebuli.

Ketan kebuli adalah penganan yang dibuat dari bahan ketan putih yang sebelum dimasak direndam sekitar 1 jam dengan air sari kunyit. Setelah itu ketan yang sudah berwarna kuning dikukus setengah matang.

Saat bersamaan, ibu-ibu juga memanaskan santan kelapa yang telah dicampur dengan rempah-rempah. Ketika santan itu mendidih, ketan kukus dimasukkan, sehingga menjadi adonan, hingga matang.

Setelah matang sempurna, ketan diangkat dan didinginkan. Ketan kebuli itu dimasukkan ke dalam takir kecil terbuat dari daun pisang. Di atas ketan ditaburi parutan kelapa yang disangrai.

Kini, wadah daun pisang itu sudah banyak yang diganti dengan wadah plastik atau kertas lilin, meskipun sebagian warga lain tetap mempertahankan tradisi menggunakan daun pisang.


"Kami masih mempertahankan tradisi maulud ini karena merupakan warisan para orang tua dan leluhur terdahulu, meskipun dalam beberapa hal juga sudah mengikuti perubahan," kata Evy, salah satu warga Tenggarang, Bondowoso, saat ditemui Antara. *

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X